REI Tawarkan Solusi Perumahan Nasional, Mengapa dengan Pendekatan Propertinomic?

Ketum REI Sambut Positif Situasi Pemilu 2024 yang Berjalan Lancar dan Aman

SEPUTAR PROPERTI/Jakarta – Joko Suranto Ketua Umum DPP REI (Real Estat Indonesia) menyatakan pentingnya pemerintah baru mendatang menjadikan propertinomic sebagai tulang punggung (backbone) perekonomian nasional.

Dia mengingatkan data bahwa di 2035 penduduk Indonesia akan mencapai 304 juta jiwa dan 66 persen diantaranya tinggal di perkotaan. Sekarang saja, ungkapnya, hampir 20 persen penduduk Indonesia tidak memiliki rumah atau tinggal di rumah yang tidak layak huni.

Oleh karena kesadaran itu, REI menawarkan paradigma Propertinomic kepada capres dan cawapres terpilih di 2024 sebagai peta jalan dan panduan (road map) untuk menyelesaikan berbagai persoalan di sektor perumahan termasuk menuntaskan angka kesenjangan kebutuhan dan kemampuan penyediaan (backlog) rumah yang telah mencapai lebih dari 12,7 juta unit.

Dia menjelaskan, propertinomic adalah sebuah paradigma baru yang mengubah cara pendekatan sektor properti dari yang sebelumnya hanya sebuah indikator dalam pertumbuhan ekonomi, menjadi pendekatan yang menjadikan sektor properti sebagai faktor pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional.

“Fakta itu adalah sebuah persoalan besar bagi sebuah negara. Jadi kalau tidak segera diselesaikan dengan cara dan lembaga yang berbeda, serta prioritas yang berbeda pula, maka persoalan besar ini tidak akan pernah dituntaskan. Artinya, janji untuk mencapai kesejahteraan rakyat hanya sebuah utopia,” ungkapnya.

Joko melanjutkan, sektor pendidikan saat ini sudah mendapatkan anggaran sebesar 20 persen dari besaran APBN. Padahal, pendidikan terbaik berawal dari rumah sehingga upaya menyediakan rumah yang layak huni  juga tidak kalah penting dari memajukan sektor pendidikan. Dia memberi contoh banyaknya aksi tawuran pelajar, salah satunya kemungkinan karena minimnya pendidikan di rumah. “Idealnya anggaran perumahan sekitar 2,5 persen, tentu kenaikannya harus  bertahap,” jelasnya.

Selain dari APBN, kata Joko, sebenarnya ada banyak ceruk dan potensi pendanaan lain dari luar APBN misalnya lewat pendampingan atau private placement. Potensi dana yang bisa dihimpun dari luar APBN ini bisa mencapai Rp40 triliun per tahun.

Dengan anggaran perumahan yang semakin besar, maka setidaknya bisa dibangun sekitar 500 ribu hingga 800 ribu unit rumah setiap tahunnya. Itu berarti bahwa kontribusi sektor properti terhadap PDB akan tumbuh, geliat ekonomi akan bergerak karena ada 185 industri ikutan sektor properti, dan serapan lapangan kerjanya semakin meluas. Pada akhirnya, ceruk pasar yang sekarang disebut backlog akan membawa dampak berantai (multiplier effect) terhadap perekonomian Indonesia.

“REI berharap pemerintah mendatang lebih memerhatikan sektor properti terutama keberlanjutan program penyediaan perumahan di Indonesia. Karena kontribusi sektor properti sudah terealisasi dan bukan sekadar proyeksi. Selain itu, sebagai bisnis padat karya, sektor properti juga menyerap banyak tenaga kerja,” pungkas Joko Suranto.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *