Perkantoran Jakarta, Jumlah Gedung Ramah Lingkungan Terbatas

seharusnya pemerintah segera melakukan usulan untuk melakukan perubahan Undang-Undang tentang DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan, menurut Doli saat ini secara de jure Indonesia kini punya dua Ibu Kota Negara.

SEPUTAR PROPERTI/Jakarta – Knight Frank Indonesia mencatat hanya ada 18 gedung perkantoran bersertifikat gedung hijau yang ada di dalam dan luar wilayah Central Business District (CBD) Jakarta.

Khusus di dalam CBD, terdapat 15 gedung bersertifikat hijau dengan total luas mencapai 893.554 meter persegi atau hanya 13% dari total populasi ruang kantor di CBD Jakarta.

Selain itu, Knight Frank Indonesia mencatat bahwa pada 2021 statistik harga sewa per meter persegi per bulan untuk ruang kantor yang memenuhi kriteria Environmental, Social, and Governance (ESG) di CBD Jakarta (Rp 304.461) lebih tinggi dibandingkan dengan yang non-ESG (Rp 240.106).

Baca juga : Diminati Pasar, Mazenta Residence Lakukan Prosesi Groundbreaking

Sementara biaya pemeliharaan untuk ruang kantor ESG juga tercatat lebih tinggi 25% jika dibandingkan dengan kantor non-ESG. Konsekuensinya, tingkat hunian yang tercatat; 70,6%, sedikit lebih rendah dari gedung kantor non-ESG.

Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia mengatakan permintaan untuk ruang kantor ESG masih sangat terbatas saat ini di Jakarta, dominan berasal dari perusahaan multinasional (MNC).

Baca juga : Kang Emil : Hasil KTT Y20 Dimplementasikan di Jabar

Menurutnya, permintaan tersebut cenderung tumbuh dengan stabil. “Kepedulian para MNC untuk memiliki portofolio aset hijau yang berkelanjutan membuktikan komitmen mengimplementasikan rencana mitigasi dampak perubahan iklim untuk mencapai net zero carbon pada tahun 2030,” imbuhnya.

Walaupun gedung ramah lingkungan cenderung memiliki biaya sewa dan perawatan yang lebih mahal dari gedung kantor pada umumnya, gedung ramah lingkungan bernilai lebih tinggi sekitar 10% dari yang non-ESG.

Baca juga : Ini Kata Pakar Tata Kota Terkait Potensi Kawasan Cijantung

Selain itu, operasional gedung berbasis ESG umumnya mampu menghemat 30-40% penggunaan energi dan 20-30% penggunaan air.

Selanjutnya, Rina Martianti, Associate Director Occupier Strategic & Solutions Knight Frank Indonesia menegaskan saat ini, occupier yang mencari ruang kantor ESG di Jakarta masih relatif segmented walaupun permintaan terus tumbuh setiap tahunnya.

“Sementara itu di ranah regional dan global, keberadaan gedung kantor berbasis ESG menjadi salah satu prioritas dari investor maupun occupier,” tegasnya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *