Seputar Properti

Asaki: Industri Keramik “Maju Mundur Kena” Karena Pasokan Gas

Saat ini anggota ASAKI yang terdiri dari industri ubin keramik, tableware, sanitary, genteng, telah menyerap tenaga kerja sekitar 150 ribu orang. Industri keramik padat modal, padat karya, dan padat energi

SEPUTARPROPERI/Tangerang – Edy Suyanto Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) menyayangkan kebijakan perpanjangan harga gas bumi tertentu (HGBT) melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 76.K/MG.01/MEM.M/2025 untuk 7 sektor Industri yang disertai dengan kenaikan harga gas dari US$ 6,5 per MMbtu ke US$ 7 per MMbtu.

Edy menegaskan, penerapan kebijakan tersebut tidak sesuai harapan Industri keramik sepanjang bulan Januari – April 2025 ini, di mana PGN menerapkan besaran persentase Alokasi Gas Industri Tertentu (AGIT) yang semakin turun, baik di Jawa bagian Barat maupun Jawa bagian Timur.

Industri keramik semakin tertekan dengan besaran AGIT bulan April 2025 untuk industri HGBT di Jawa bagian Barat sebesar 65,3% dan Jawa bagian Timur sebesar 48,8%.

Niro Granite Wujudkan Pertumbuhan Jangka Panjang Lewat Kepedulian Lingkungan dan Sosial

Hal itu telah menggerus daya saing industri keramik nasional dimana industri harus berproduksi dengan rata-rata biaya gas naik menjadi US$ 8 per MMbtu ke atas, artinya kurang lebih 15% lebih mahal dari kebijakan HGBT.

“Sangat disayangkan terlebih untuk Jawa bagian Timur yang seharusnya tidak ada kendala tentang supply gas, namun diinfokan adanya gangguan di hulu yang membutuhkan waktu perbaikan sampai bulan Oktober mendatang,” ujar Edy Suyanto.

Lebih lanjut Edy Suyanto mengatakan, kehadiran Pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM, sangat dibutuhkan untuk menengahi masalah defisit pasokan gas.

BTN Dukung Pembiayaan Rumah untuk Karyawan Industri Media

Karena menurut Edy industri tidak mungkin bertumbuh tanpa kelancaran pasokan gas dan industri tidak mungkin bisa bertahan hidup dengan harga regasifikasi gas US$ 16,77 per MMbtu yang dikenakan oleh PGN.

“Ketidakpastian supply gas dan mahalnya harga surcharge gas/ harga regasifikasi gas tentunya merusak iklim berinvestasi dan kepastian berusaha di Indonesia, sehingga mengganggu road map industri keramik nasional yang telah merencanakan ekspansi kapasitas dari 625 juta m2/tahun ke 718 juta m2/tahun di akhir tahun 2026 dan meningkat ke 850 juta m2/tahun kapasitas produksi keramik di tahun 2030,” papar Edy Suyanto.

Tingkat utilisasi industri keramik Q1 tahun 2025 ini telah menunjukkan perbaikan, meningkat ke level 75% dibanding rata-rata tahun 2024 di 65%.

Apersi: Program 3 Juta Rumah Butuh Blueprint Agar Arahnya Lebih Jelas

ASAKI di awal tahun 2025 memproyeksikan tingkat utilisasi produksi keramik di level 85% setelah mendapatkan dukungan Pemerintah yakni PMK BMAD, PMK BMTP dan Kebijakan SNI Wajib untuk Keramik. Namun dengan gangguan supply gas tersebut membuat posisi Industri Keramik “Maju Mundur Kena”.

Saat ini anggota ASAKI yang terdiri dari industri ubin keramik, tableware, sanitary, genteng, telah menyerap tenaga kerja sekitar 150 ribu orang. Industri keramik padat modal, padat karya, dan padat energi

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp